indonesaEnglish


Minggu, 01 November 2015

Pulau Papua

Minggu, 01 November 2015

Gambaran Umum

Pulau Papua atau Guinea Baru (Bahasa Inggris: New Guinea, di-Indonesiakan menjadi Nugini) atau yang dulu disebut dengan Pulau Irian, adalah pulau terbesar kedua (setelah Tanah Hijau atau greenland) di dunia yang terletak di sebelah utara Australia. Pulau ini dibagi menjadi dua wilayah yang bagian baratnya dikuasai oleh Indonesia dan bagian timurnya merupakan negara Papua Nugini. Di pulau yang bentuknya menyerupai burung cendrawasih ini terletak gunung tertinggi di Indonesia, yaitu Puncak Jaya (4.884 m). Nama Irian digunakan dalam Bahasa Indonesia untuk mengacu terhadap pulau ini juga terhadap provinsi, sebagaimana "Provinsi Irian Jaya". Nama ini diusulkan pada tahun 1945 oleh Marcus Kaisiepo, saudara dari Gubernur yang akan datang Frans Kaisiepo. Nama ini diambil dari Bahasa Biak yang berarti beruap, atau semangat untuk bangkit. Nama ini juga digunakan dalam bahasa pribumi lain seperti Bahasa Serui, Bahasa Merauke dan Bahasa Waropen. Nama ini digunakan sampai tahun 2001 dimana pulau beserta provinsinya kembali dinamakan Papua. Nama Irian yang awalnya disukai oleh penduduk asli Papua, sekarang dianggap sebagai nama yang diberikan oleh Jakarta. "Nugini" berasal dari kata New Guinea, nama yang diberikan oleh orang Barat, yang di-Indonesiakan. Mereka dahulu berpendapat bahwa tanah Papua mirip Guinea, sebuah wilayah di Afrika dan akhirnya pulau ini disebut Guinea baru. Istilah "Papua" digunakan untuk merujuk kepada pulau ini secara keseluruhan. Istilah "Papua" sekarang juga digunakan untuk merujuk kepada dua provinsi di Papua bagian barat yang termasuk dalam wilayah pemerintahan negara Indonesia, yaitu Papua dan Papua Barat. Namun beberapa publikasi (lihat misalnya Kartikasari et al. 2007) membatasi penggunaan nama "Papua" untuk bagian barat Pulau Nugini.

Pulau Papua memiliki luas sekitar 421.981 km2, pulau Papua berada di ujung timur dari wilayah Indonesia, dengan potensi sumber daya alam yang bernilai ekonomis dan strategis, dan telah mendorong bangsa – bangsa asing untuk menguasai pulau Papua. Kabupaten Puncak Jaya merupakan kota tertinggi di pulau Papua, sedangkan kota yang terendah adalah kota Merauke. Sebagai daerah tropis dan wilayah kepulauan, pulau Papua memiliki kelembaban udara relative lebih tinggi berkisar antara 80-89% kondisi geografis yang bervariasi ini mempengaruhi kondisi penyebaran penduduk yang tidak merata. Pada tahun 1990 penduduk di pulau Papua berjumlah 1.648.708 jiwa dan meningkat menjadi sekitar 2,8 juta jiwa pada tahun 2006.

Luas wilayah
Luas
420.540 km²
Iklim
Curah hujan
1.800 – 3.000 mm
Suhu udara
19-28°C
Kelembapan
80%
   
I. Penduduk


Jika dilihat dari karakteristik budaya, mata pencaharian dan pola kehidupannya, penduduk asli Papua itu dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu Papua pegunungan atau pedalaman, dataran tinggi dan Papua dataran rendah dan pesisir. Pola kepercayaan agama tradisional masyarakat Papua menyatu dan menyerap ke segala aspek kehidupan, mereka memiliki suatu pandangan dunia yang integral yang erat kaitannya satu sama lain antar dunia yang material dan spiritual, yang sekuler dan sacral dan keduannya berfungsi bersama-sama.




Kelompok suku asli di Papua baik itu di Propinsi Papua dan Papua Barat terdiri dari 25 suku, dengan bahasa yang masing-masing berbeda. Suku-suku tersebut antara lain:

- Ansus
- Amungme
- Asmat
- Ayamaru
- Bauzi
- Biak
- Dani
- Empur
- Enggros
- Fuyu
- Hatam
- Iha
- Kamoro

- Korowai
- Mandobo/Wambon
- Mee
- Meyakh, mendiami Kota Manokwari
- Moskona, mendiami daerah Merdei
- Muyu
- Nafri
- Sentani, mendiami sekitar danau Sentani
- Souk
- Tobati
- Waropen
- Wamesa




Pendatang
Jawa, Bugis, Sunda,Makassar, Buton, Batak,Minahasa, Huli, Tionghoa

Komposisi Agama di Tanah Papua
- Protestan 51,2 %
- Katolik 23.42%
- Islam 22 %
- Hindu 3%
- Budha 0.13%




















II. Ekonomi

Kota Jayapura di Waktu Malam

Infrastruktur

Pembangunan Jalan Tol Trans Papua


Pulau Papua merupakan salah satu pulau terkaya di Indonesia dengan luas wilayahnya lebih tiga kali luas pulau Jawa, ditambah jumlah penduduk yang masih sedikit dengan kekayaan alam begitu kaya dan belum digali seperti hasil hutan, perkebunan, pertanian, perikanan pertambangan. Hal ini disebabkan karena belum adanya jaringan jalan yang memadai yang dapat menghubungkan wilayah - wilayah sentra produksi untuk itu Dinas Pekerjaan umum berupaya melakukan pembangunan infrastruktur jalan yang baik antara lain :

- Pembangunan Jalan Tol Trans Papua, yang menghubungkan beberapa daerah  di Pulau Papua :
 Jalan Tol Trans Papua Seksi:
- Jalan Tol Jayapura-Bordir Indonesia-Wevak
- Jalan Tol Jayapura-Botawa-Serui
- Jalan Tol Sorong-Botawa Seksi:
. A (ruas Raja Ampat (Sorong)-Manokwari)
. B (ruas Manokwari-Nabire)
. C (ruas Nabire-Botawa)

- Pembangunan jalan Jayapura - Wamena yang merupakan status jalan Provinsi sebagai kegiatan investasi yang besar bagi Pemerintah Provinsi Papua dan Kabupaten Jayawijaya yang dibangun dengan tujuan :
.Sebagai Sarana untuk mengintegrasikan Pengembangan Potensi daerah dan Perubahan Struktur masyarakat.
.Membentuk suatu sistem Jaringan Jalan Nasional, Provinsi , Kabupaten dan Kota guna mendukung sistem produksi dan distribusi.
.Membentuk manfaat secara lansung kepada masyarakat dalam hal kemudahan kegiatan Sosial, ekonomi, arus barang dan jasa, kesempatan kerja dan ketrampilan masyarakat.

Wisata


Sektor Pariwisata juga menjadi anadalan bagi Pulau Papua. Raja Ampat sebagai Surganya Dunia di Timur Indonesia menawarkan keindahan yang tak terbandingkan. Wajar jika Raja Ampat menjadi salah Destinasi Wisata Internasional di Indonesia setelah Bali, Yogyakarta, Lombok, dan Batam. Dibangunnya Bandara dan Infrastruktut Jalan yang memudahkan akses utuk ke tempat Destinasi Wisata Internasional diperlukan agar setiap Wisatawan baik itu Manacanegara dan Domestik dapat menikmati keindahan Alam Papua di Raja Ampat, tentunya dengan harga yang lebih murah. Belum lagi wisata lainnya di sekitar Raja Ampat seperti deretan Kepulauan Palau yang merupakan bagaian dari kepulauan Mikronesia. Anda dapat menyaksikan Gua yang dipenuhi dengan Ubur – Ubur, tentunya hanya ada di Indonesia !. Fenomena Gua Ubur – Ubur ini, hampir sama dengan proses gejala alam yang di jumpai di Pulau Kalimantan, tepatnya di Danau Kakaban. Proses ini terbentuk dari Letusan Gunung Api dimana ketika proses itu, beberapa puluh ribu tahun yang lalu terjadi Tsunami yang menyebabkan Air laut naik ke daratan dan memntuk Genangan Air seperti Danau Kakaban – Kalimantan ataupun Gua – Gua di sekitar Raja Ampat, dan Indonesia Punya Itu. Anda juga tidak perlu jauh – jauh melihat salju di luar negeri ataupun setidaknya di Mount Everest yang merupakan Gunung Tertinggi di Dunia. Cukup Di Papua. Pegunungan Jayawijaya, yang merupakan Gunung dengan Puncak tertinggi di Indonesia menawarkan suasana Salju di bagian Puncaknya, tentunya suhu di Puncak begitu dingin, sehingga Salju bisa di dapat di Puncak Gunung Tertinggi Jayawijaya yaitu Puncak Piramida Catenz dan Puncak Jaya di Pegunungan Jayawijaya yang merupakan bagian dari Tujuh Puncak DuniaGunung ini memiliki tinggi setinggi 4.884 meter di atas permukaan laut yang diselimuti salju abadi.



Pertambangan


Alam Papua yang begitu kaya akan tambang Emas, Perak, dan Tembaga menyebabkan beberapa negara di Luar Negeri ingin melakukan Eksplorasi secara besar – besaran di Tanagh Papua. Melalui PT. Freeport Indonesia, Pertambangan Indonesia dikelola dengan sistem bagi hasil. Sempat menimbulkan ketidaksenangan dari Orang Papua asli yang menganggap bahwa Tanah Papua yang seharusnya bisa lebih Makmur membuat banyak timbul pemberontakan yang dilakukan oleh Orgainsasi Papua Merdeka. Namun dengan janji Indonesia tentunya dengan diberlakukannya Otonomi Daerah dan pemekaran Propinsi Papua Barat, membuat Pemberontakan dapat diminimalisir. Dan PT. Freeport berjanji akan lebih membuka kesempatan bagi Orang Papua ubntuk dapat bekerja di Pertambangan. Tentu saja sisitem bagi Hasil yang seimbang antara Pemerintah Pusat, Daerah, dan PT. Freeport harus dapat ditemukan titik temu dalam mengatasi permasalahan tersebut.

III. Pendidikan

Di Negara Indonesia, Provinsi DKI Jakarta memiliki IPM tertinggi yaitu sebesar 77.60 pada tahun 2010. Sedangkan Provinsi Papua dari tahun 2004-2010 memiliki IPM yang paling kecil di antara provinsi-provinsi yang lain. Hal ini dapat diakibatkan bahwa kurangnya peranan pemerintah untuk meningkatkan pembangunan masyarakat terhadap ketiga dibidang yaitu: pendidikan, ekonomi, dan kesehatan pada Provinsi Papua. Akan tetapi, sumber daya alam yang terdapat pada Provinsi Papua sangat besar. Jadi Provinsi Papua seharusnya mampu bersaing untuk meningkatkan IPM dengan provinsi-provinsi yang lainnya. Apresiasi peningkatan dan pemerataan pendidikan untuk masyarakat Nusantara dilakukan diantaranya melalui program Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem). Dalam program beasiswa ini Anak asli Papua berkesempatan melanjutkan studinya untuk tahun ajaran 2015 ke jenjang setingkat sekolah menengah atas di sejumlah daerah Tanah Pasundan, Jawa Barat. Pemerintah Kota Bandung akan mendorong program pendidikan bagi para siswa asal Papua dan berencana akan meningkatkan jumlah siswa Papua yang akan bersekolah di Bandung.  Program Adem bergulir sejak 2013. Memasuki tahun ketiga atau 2015 ini sudah 1.304 anak Papua menimba ilmu ke tingkat SMA atau SMK di Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan Bali. Untuk program ADEM 2015 tercatat 505 anak Papua menempuh pendidikan SMA dan SMK di enam provinsi tersebut.
















IV. Sejarah

Sejarah Papua tidak bisa dilepaskan dari masa lalu Indonesia. Papua adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Australia dan merupakan bagian dari wilayah timur Indonesia. Sebagian besar daratan Papua masih berupa hutan belantara. Papua merupakan pulau terbesar ke-dua di dunia setelah Greenland. Sekitar 47% wilayah pulau Papua merupakan bagian dari Indonesia, yaitu yang dikenal sebagai Netherland New Guinea, Irian Barat, West Irian, serta Irian Jaya, dan akhir-akhir ini dikenal sebagai Papua. Sebagian lainnya dari wilayah pulau ini adalah wilayah negara Papua New Guinea (Papua Nugini), yaitu bekas koloni Inggris. Populasi penduduk di antara kedua negara sebetulnya memiliki kekerabatan etnis, namun kemudian dipisahkan oleh sebuah garis perbatasan. Papua memiliki luas area sekitar 421.981 kilometer persegi dengan jumlah populasi penduduk hanya sekitar 2,3 juta. Lebih dari 71% wilayah Papua merupakan hamparan hutan hujan tropis yang sulit ditembus, karena terdiri dari lembah-lembah yang curam dan pegunungan tinggi, dan sebagian dari pegunungan tersebut diliputi oleh salju. Perbatasan antara Indonesia dengan Papua Nugini ditandai dengan 141 garis Bujur Timur yang memotong pulau Papua dari utara ke selatan. Seperti juga sebagian besar pulau-pulau di Pasifik Selatan lainnya, penduduk Papua berasal dari daratan Asia yang bermigrasi dengan menggunakan kapal laut. Migrasi itu dimulai sejak 30.000 hingga 50.000 tahun yang lalu, dan mengakibatkan mereka berada di luar peradaban Indonesia yang modern, karena mereka tidak mungkin untuk melakukan pelayaran ke pulau-pulau lainnya yang lebih jauh.

Para penjelajah Eropa yang pertama kali datang ke Papua, menyebut penduduk setempat sebagai orang Melanesia. Asal kata Melanesia berasal dari kata Yunani, ‘Mela’ yang artinya ‘hitam’, karena kulit mereka berwarna gelap. Kemudian bangsa-bangsa di Asia Tenggara dan juga bangsa Portugis yang berinteraksi secara dekat dengan penduduk Papua, menyebut mereka sebagai orang Papua. Papua sendiri menggambarkan sejarah masa lalu Indonesia, dimana tercatat bahwa selama abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, yang berpusat di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Palembang, Sumatera Selatan, mengirimkan persembahan kepada kerajaan China. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua, yang pada waktu itu dikenal sebagai ‘Janggi’. Dalam catatan yang tertulis di dalam kitab Negara Kertagama, Papua juga termasuk kedalam wilayah kerajaan Majapahit (1293-1520). Selain tertulis dalam kitab yang merupakan himpunan sejarah yang dibuat oleh pemerintahan Kerajaan Majapahit tersebut, masuknya Papua kedalam wilayah kekuasaan Majapahit juga tercantum di dalam kitab Prapanca yang disusun pada tahun 1365.

Walaupun terdapat kontroversi seputar catatan sejarah tersebut, namun hal itu menegaskan bahwa Papua adalah sebagai bagian yang tidak terlepas dari jaringan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara yang berada dibawah kontrol kekuasaan kerajaan Majapahit. Selama berabad-abad dalam paruh pertama millennium kedua, telah terjalin hubungan yang intensif antara Papua dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia, dimana hubungan tersebut bukan hanya sekedar kontak perdagangan yang bersifat sporadis antara penduduk Papua dengan orang-orang yang berasal dari pulau-pulau terdekat. Selama kurun waktu tersebut, orang-orang dari pulau terdekat yang kemudian datang dan menjadi bagian dari Indonesia yang modern, menyatukan berbagai keragaman yang terserak di dalam kawasan Papua. Hal ini tentunya membutuhkan interaksi yang cukup intens dan waktu yang tidak sebentar agar para penduduk di Papua bisa belajar bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar, apalagi mengingat keaneka-ragaman bahasa yang mereka miliki. Pada tahun 1963, dimana dari sekitar 700.000 populasi penduduk yang ada, 500.000 di antara mereka berbicara dalam 200 macam bahasa yang berbeda dan tidak difahami antara satu dengan yang lainnya. Beragamnya bahasa di antara sedikitnya populasi penduduk tersebut diakibatkan karena terbentuknya kelompok-kelompok yang diisolasi oleh perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya selama berabad-abad yang disebabkan oleh kepadatan hutan dan juga jurang yang curam yang sulit untuk dilalui yang memisahkan mereka, oleh karena itu sekarang ini ada sebanyak 234 bahasa pengantar di Papua, dua dari bahasa kedua tanpa pembicara asli. Banyak dari bahasa ini hanya digunakan oleh 50 atau kurang pemakainya. Beberapa golongan kecil tentang ini sudah punah, seperti Tandia, yang hanya digunakan oleh dua pembicara dan Mapia yang hanya digunakan oleh satu pembicara. Sekarang ini bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa pengantar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan merupakan bahasa di dalam melakukan berbagai transaksi. Bahasa Indonesia sendiri berasal dari bahasa melayu, versi pasar. 

Papua berada di wilayah paling timur negara Indonesia. Ia merupakan pulau terbesar kedua setelah Pulau Greendland di Denmark. Luasnya capai 890.000 Km² (ini jika digabung dengan Papua New Guinea). Besarnya diperkirakan hampir lima kali luas pulau Jawa. Pada sekitar tahun 200 M , ahli Geography bernama Claudius Ptolemaeus (Ptolamy) menyebut pulau Papua dengan nama Labadios. Sampai saat ini tak ada yang tahu, kenapa pulau Papua diberi nama Labadios. Sekitar akhir tahun 500 M, oleh bangsa China diberi nama Tungki. Hal ini dapat diketahui setelah mereka menemukan sebuah catatan harian seorang pengarang Tiangkok, Ghau Yu Kuan yang menggambarkan bahwa asal rempah-rempah yang mereka peroleh berasal dari Tungki, nama yang digunakan oleh para pedagang China saat itu untuk Papua. Selanjutnya, pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama Janggi. Dalam buku Kertagama 1365 yang dikarang Pujangga Mpu Prapanca “Tugki” atau “Janggi” sesungguhnya adalah salah eja diperoleh dari pihak ketiga yaitu Pedagang Cina Chun Tjok Kwan yang dalam perjalanan dagangnya sempat menyinggahi beberapa tempat di Tidore dan Papua. Di awal tahun 700 M, pedagang Persia dan Gujarat mulai berdatangan ke Papua, juga termasuk pedangan dari India. Tujuan mereka untuk mencari rempah-rempah di wilayah ini setelah melihat kesuksesan pedangang asal China. Para pedagang ini sebut nama Papua dengan Dwi Panta dan juga Samudranta, yang artinya Ujung Samudra dan Ujung Lautan. Pada akhir tahun 1300, Kerajaan Majapahit menggunakan dua nama, yakni Wanin dan Sram. Nama Wanin, tentu tidak lain dari semenanjung Onin di daerah Fak-Fak dan Sram, ialah pulau Seram di Maluku. Ada kemungkinan, budak yang dibawa dan dipersembahkan kepada Majapahit berasal dari Onin dan yang membawanya ke sana adalah orang Seram dari Maluku, sehingga dua nama ini disebut. Sekitar tahun 1646, Kerajaan Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai Papa-Ua, yang sudah berubah dalam sebutan menjadi Papua. Dalam bahasa Tidore artinya tidak bergabung atau tidak bersatu (not integrated). Dalam bahasa melayu berarti berambut keriting. Memiliki pengertian lain, bahwa di pulau ini tidak terdapat seorang raja yang memerintah. Ada juga yang memakai nama Papua sebagai bentuk ejekan terhadap warga setempat—penduduk primitif, tertinggal, bodoh— yang merupakan slogan yang tidak mempunyai arti apapun dengan nama Papua. Respon penduduk terhadap nama Papua cukup baik. Alasannya, sebab nama tersebut benar mencerminkan identitas diri mereka sebagai manusia hitam, keriting, yang sangat berbeda dengan penduduk Melayu juga kerajaan Tidore. Tapi, tentu mereka tak terima dengan ejekan yang selalu dilontarkan warga pendatang. Pada tahun 1511 Antonio d’Arbau, pelaut asal Portugis menyebut wilayah Papua dengan nama “Os Papuas” atau juga llha de Papo. Don Jorge de Menetes, pelaut asal Spanyol juga sempat mampir di Papua beberapa tahun kemudian (1526-1527), ia tetap menggunakan nama Papua. Ia sendiri mengetahui nama Papua dalam catatan harian Antonio Figafetta, juru tulis pelayaran Magelhaens yang mengelilingi dunia menyebut dengan nama Papua. Nama Papua ini diketahui Figafetta saat ia singgah di pulau Tidore. Berikutnya, pada tahun 1528, Alvaro de Savedra, seorang pimpinan armada laut Spanyol beri nama pulau Papua Isla de Oro atau Island of Gold yang artinya Pulau Emas. Ia juga merupakan satu-satunya pelaut yang berhasil menancapkan jangkar kapalnya di pantai utara kepulauan Papua. Dengan penyebutan Isla Del Oro membuat tidak sedikit pula para pelaut Eropa yang datang berbondong-bondong untuk mencari emas yang terdapat di pulau emas tersebut.

Pada tahun 1545, pelaut asal spanyol Inigo Ortiz de Retes memberi nama Nueva Guinee. Dalam bahasa Inggris disebut New Guinea. Ia awalnya menyusuri pantai utara pulau ini dan karena melihat ciri-ciri manusianya yang berkulit hitam dan berambut keriting sama seperti manusia yang ia lihat di belahan bumi Afrika bernama Guinea, maka diberi nama pulau ini Nueva Guinee/Pulau Guinea Baru. Nama Papua dan Nueva Guinea dipertahankan hampir dua abad lamanya, baru kemudian muncul nama Nieuw Guinea dari Belanda, dan kedua nama tersebut terkenal secara luas diseluruh dunia, terutama pada abad ke-19. Penduduk nusantara mengenal dengan nama Papua dan sementara nama Nieuw Guinea mulai terkenal sejak abad ke-16 setelah nama tersebut tampak pada peta dunia sehingga dipakai oleh dunia luar, terutama di negara-negara Eropa. Pada tahun 1956, Belanda kembali merubah nama Papua dari Nieuw Guinea menjadi Nederlands Nieuw Guinea. Perubahan nama tersebut lebih bersifat politis karena Belanda tak ingin kehilangan pulau Papua dari Indonesia pada zaman itu. Pada tahun 1940-an oleh Residen JP Van Eechoud pernah membentuk sekolah Bestuur. Disana ia menganjurkan dan memerintahkan Admoprasojo selaku Direktur Sekolah Bestuur tersebut untuk membentuk dewan suku-suku. Di dalam kegiatan dewan ini salah satunya adalah mengkaji sejarah dan budaya Papua, termasuk mengganti nama pulau Papua dengan sebuah nama yang mencerminkan budaya Papua, dan nama tersebut harus digali dari bumi Papua. Tindak lanjutnya, berlangsung pertemuan di Tobati, Jayapura. Di dalam turut dibicarakan ide penggantian nama tersebut, juga dibentuk dalam sebuah panitia yang nantinya akan bertugas untuk menelusuri sebuah nama yang berasal dari daerah Papua dan dapat diterima oleh seluruh suku yang ada.

Frans Kaisepo selaku ketua Panitia kemudian mengambil sebuah nama dari sebuah mitos Manseren Koreri, sebuah legenda yang termahsyur dan dikenal luas oleh masyarakat luas Biak, yaitu Irian. Dalam bahasa Biak Numfor “Iri” artinya tanah, "an" artinya panas. Dengan demikian nama Irian artinya tanah panas. Pada perkembangan selanjutnya, setelah diselidiki ternyata terdapat beberapa pengertian yang sama di tempat seperti Serui dan Merauke. Dalam bahasa Serui, "Iri" artinya tanah, "an" artinya bangsa, jadi Irian artinya Tanah bangsa, sementara dalam bahasa Merauke, "Iri" artinya ditempatkan atau diangkat tinggi, "an" artinya bangsa, jadi Irian adalah bangsa yang diangkat tinggi. Secara resmi, pada tanggal 16 Juli 1946, Frans Kaisepo yang mewakili Nieuw Guinea dalam konferensi di Malino-Ujung Pandang, melalui pidatonya yang berpengaruh terhadap penyiaran radio nasional, mengganti nama Papua dan Nieuw Guinea dengan nama Irian. Nama Irian adalah satu nama yang mengandung arti politik. Frans Kaisepo pernah mengatakan “Perubahan nama Papua menjadi Irian, kecuali mempunyai arti historis, juga mengandung semangat perjuangan: IRIAN artinya Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”. (Buku PEPERA 1969 terbitan tahun 1972, hal. 107-108).  Selanjutnya, Pada 1 Desember 1961, Komite Nasional Papua, disebut Nieuw Guinea Raad oleh Belanda, sebuah lembaga yang disponsori kerajaan Belanda, menyatakan masyarakat Papua siap mendirikan sebuah negara berdaulat, dan mengibarkan bendera nasional baru yang dinamakan Bintang Kejora. Mereka menetapkan nama Papua sebagai Papua Barat Melalui Operasi Trikora "Tiga Komando Rakyat" yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat. Pada tanggal 19 Desember 1961Soekarno (Presiden Indonesia) mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua Bagian barat dengan Indonesia. Dalam Operasi itu gugur Pahlawan Terbaik Indonesia Komodor Yos Sudarso dalam suatu pertempuran di Laut Aru, Papua.

Sedangkan United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA), sebuah badan khusus yang dibentuk PBB untuk menyiapkan act free choice di Papua pada tahun 1969 menggunakan dua nama untuk Papua, West New Guinea/West Irian. Berikutnya, nama Irian diganti menjadi Irian Barat secara resmi sejak 1 Mei 1963 saat wilayah ini "dianeksasi" dari Kerajaan Belanda ke dalam pangkuan Negara republik Indonesia. Pada tahun 1967, kontrak kerja sama PT Freeport Mc Morran dengan pemerintah Indonesia dilangsungkan. Dalam kontrak ini Freeport gunakan nama Irian Barat, padahal secara resmi Papua belum resmi jadi bagian Indonesia. Setelah Papua menjadi bagian dari Negara Indonesia melalui PEPERA 1969 yang dianggap penuh rekayasa oleh sebagian besar rakyat Papua, perjuangan untuk tetap memisahkan diri dari Negara Indonesia untuk menjadi Negara merdeka dan berdaulat terus suarakan. Pada tanggal 1 Juli 1971, Seth Jafet Rumkorem, pimpinan Pemerintah Revolusioner sementara Republik West Papua di Markas Victoria menggunakan nama West Papua untuk Papua. Kehadiran organisasi ini tak begitu lama karena berhasil di tumpas oleh pemerintah Indonesia melalui beberapa operasi militer. Dan kemudian pada tanggal 1 Maret 1973 sesuai dengan peraturan Nomor 5 tahun 1973 nama Irian barat resmi diganti oleh Presiden Soeharto menjadi nama Irian Jaya. Penggantian nama tersebut dilakukan bersamaan dengan peresmian eksplorasi PT. Freeport Indonesia yang pusat eksploitasinya dinamakan Tembagapura. Memasuki era reformasi sebagian masyarakat menuntut penggantian nama Irian Jaya menjadi Papua. Presiden Abdurrahman Wahid memenuhi permintaan sebagian masyarakat tersebut. Dalam acara kunjungan resmi kenegaraan Presiden, sekaligus menyambut pergantian tahun baru 1999 ke 2000, pagi hari tanggal 1 Januari 2000, beliau memaklumkaan bahwa nama Irian Jaya saat itu dirubah namanya menjadi Papua. Kembalinya nama Papua sejak diberikan oleh Kerajaan Tidore pada tahun 1800-an memberikan arti tersendiri, bahwa pulau ini dihuni oleh penduduk yang berambut keriting, kulit hitam, punya Ras Melanesia. Ia tak sama dengan ras Melayu –ras masyarakat Indonesia pada umumnya.

Asal usul nama
Perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring dengan sejarah interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk pula dengan bahasa-bahasa lokal dalam memaknai nama Papua. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.

UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua mengamanatkan nama provinsi ini untuk diganti menjadi Papua. Pada tahun 2003, disertai oleh berbagai protes (penggabungan Papua Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (setahun kemudian menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini. Nama Papua Barat (West Papua) masih sering digunakan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), suatu gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. 

V. Pemerintahan

Propinsi Papua

Kota Jayapura Ibukota Propinsi Papua

Kabupaten dan Kota
No.
Kabupaten/Kota
Pusat pemerintahan
1
Kabupaten Asmat
Agats
2
Kabupaten Biak Numfor
Biak
3
Kabupaten Boven Digoel
Tanah Merah
4
Kabupaten Deiyai
Tigi
5
Kabupaten Dogiyai
Kigamani
6
Kabupaten Intan Jaya
Sugapa
7
Kabupaten Jayapura
Sentani
8
Kabupaten Jayawijaya
Wamena
9
Kabupaten Keerom
Waris
10
Kabupaten Kepulauan Yapen
Serui
11
Kabupaten Lanny Jaya
Tiom
12
Kabupaten Mamberamo Raya
Burmeso
13
Kabupaten Mamberamo Tengah
Kobakma
14
Kabupaten Mappi
Kepi
15
Kabupaten Merauke
Merauke
16
Kabupaten Mimika
Timika
17
Kabupaten Nabire
Nabire
18
Kabupaten Nduga
Kenyam
19
Kabupaten Paniai
Enarotali
20
Kabupaten Pegunungan Bintang
Oksibil
21
Kabupaten Puncak
Ilaga
22
Kabupaten Puncak Jaya
Kotamulia
23
Kabupaten Sarmi
Sarmi
24
Kabupaten Supiori
Sorendiweri
25
Kabupaten Tolikara
Karubaga
26
Kabupaten Waropen
Botawa
27
Kabupaten Yahukimo
Sumohai
28
Kabupaten Yalimo
Elelim
29
Kota Jayapura
Kayobatu


UU RI Tahun 2008 Nomor 6 adalah dasar hukum pembentukan Kabupaten Nduga di Provinsi Papua, saat ini tidak terdapat jurisdiksi Kabupaten Nduga Tengah.

Propinsi Papua Barat

Kota Manokwari Ibukota Propinsi Papua Barat

Kabupaten dan Kota
No.
Kabupaten/Kota
Ibu kota
1
Kabupaten Fakfak
Fakfak
2
Kabupaten Kaimana
Kaimana
3
Kabupaten Manokwari
Manokwari
4
Kabupaten Manokwari Selatan
Ransiki
5
Kabupaten Maybrat
Kumurkek
6
Kabupaten Pegunungan Arfak
Anggi
7
Kabupaten Raja Ampat
Waisai
8
Kabupaten Sorong
Sorong
9
Kabupaten Sorong Selatan
Teminabuan
10
Kabupaten Tambrauw
Fef
11
Kabupaten Teluk Bintuni
Bintuni
12
Kabupaten Teluk Wondama
Rasiei
13
Kota Sorong
-
Kembali : ENSIKLOPEDI

Referensi
^ a b c Pickell, David; Kal Müller (2002). Between the tides: a fascinating journey among the Kamoro of New Guinea. Tuttle Publishing. p. 153. ISBN 9780794600723.
^ Kartikasari, S.N., A.J. Marshall, & B.M. Beehler. 2007. Ekologi Papua, Seri ekologi Indonesia jilid VI: 3. Jakarta: Pustaka Obor & Conservation International. ISBN 978-979-461-796-0 





















ENSIKLOPEDI LAINNYA



Terkini Indonesia

Terbaik Indonesia

Belanja Indonesia Lihat Lebih Lengkap >>>




Travelling Kita

Comments
0 Comments
 
Copyright ©2015 - 2024 THE COLOUR OF INDONESIA. Designed by -Irsah
Back to top
THE COLOUR OF INDONESIA