indonesaEnglish


Rabu, 07 Oktober 2015

Pulau Kalimantan

Rabu, 07 Oktober 2015

I. Gambaran Umum

Kalimantan adalah sebuah wilayah di Pulau Kalimantan di bawah administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah Kalimantan berbatasan dengan Sabah dan Sarawak di bagian utara, sedangkan di bagian timur berbatasan dengan Selat Karimata, di bagian selatan berbatasan dengan Laut Jawa, dan di sebelah timur berbatasan dengan Selat Makassar, dan Laut Sulawesi. Sebelum pemekaran pada tahun 1957 wilayah ini merupakan satu wilayah administratif/provinsi yang beribukota di Banjarmasin.








II. Etimologi

Asal-usul nama Kalimantan tidak begitu jelas. Sebutan Kelamantan digunakan di Sarawak untuk menyebut kelompok penduduk yang mengonsumsi sagu di wilayah utara pulau ini. Menurut Crowfurd, kata Kalimantan adalah nama sejenis mangga (Mangifera) sehingga pulau Kalimantan adalah pulau mangga, namun dia menambahkan bahwa kata itu berbau dongeng dan tidak populer. Mangga lokal yang disebut klemantan ini sampai sekarang banyak terdapat di perdesaan di daerah Ketapang dan sekitarnya, Kalimantan Barat. Menurut C. Hose dan Mac Dougall, "Kalimantan" berasal dari nama-nama enam golongan suku-suku setempat yakni Iban (Dayak Laut), Kayan, Kenyah, Klemantan (Dayak Darat), Murut, dan Punan. Dalam karangannya, Natural Man, a Record from Borneo (1926), Hose menjelaskan bahwa Klemantan adalah nama baru yang digunakan oleh bangsa Melayu. Namun menurut Slamet Muljana, kata Kalimantan bukan kata Melayu asli tapi kata pinjaman sebagai halnya kata Malaya, melayu yang berasal dari India (malaya yang berarti gunung). Pendapat yang lain menyebutkan bahwa Kalimantan atau Klemantan berasal dari bahasa Sanskerta, Kalamanthana yaitu pulau yang udaranya sangat panas atau membakar (kal[a]: musim, waktu dan manthan[a]: membakar). Karena vokal a pada kala dan manthana menurut kebiasaan tidak diucapkan, maka Kalamanthana diucap Kalmantan yang kemudian disebut penduduk asli Klemantan atau Quallamontan yang akhirnya diturunkan menjadi Kalimantan. Terdapat tiga kerajaan besar (induk) di pulau ini yaitu Borneo (Brunei/Barune), Succadana (Tanjungpura/Bakulapura), dan Banjarmasin (Bumi/Nusa Kencana). Penduduk kawasan timur pulau ini menyebutnya Pulu K'lemantan, orang Italia mengenalnya Calemantan dan orang Ukraina: Калімантан. Jika ditilik dari bahasa Jawa, nama Kalimantan dapat berarti "Sungai Intan".

Sepanjang sejarahnya, Kalimantan juga dikenal dengan nama-nama yang lain. Kerajaan Singasari, misalnya, menyebutnya "Bakulapura" yaitu jajahannya yang berada di barat daya Kalimantan. Bakula dalam bahasa Sanskerta artinya pohon tanjung (Mimusops elengi) sehingga Bakulapura mendapat nama Melayu menjadi "Tanjungpura" artinya negeri/pulau pohon tanjung yaitu nama kerajaan Tanjungpura yang sering dipakai sebagai nama pulaunya. Sementara Kerajaan Majapahit di dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 menyebutnya "Tanjungnagara" yang juga mencakup pula Filipina seperti Saludung (Manila) dan Kepulauan Sulu. Hikayat Banjar, sebuah kronik kuno dari Kalimantan Selatan yang bab terakhirnya ditulis pada tahun 1663, tetapi naskah Hikayat Banjar ini sendiri berasal dari naskah dengan teks bahasa Melayu yang lebih kuno pada masa kerajaan Hindu, di dalamnya menyebut Pulau Kalimantan dengan nama Melayu yaitu pulau "Hujung Tanah". Sebutan Hujung Tanah ini muncul berdasarkan bentuk geomorfologi wilayah Kalimantan Selatan pada zaman dahulu kala yang berbentuk sebuah semenanjung yang terbentuk dari deretan Pegunungan Meratus dengan daratan yang berujung di Tanjung Selatan yang menjorok ke Laut Jawa. Keadaan ini identik dengan bentuk bagian ujung dari Semenanjung Malaka yaitu Negeri Johor yang sering disebut "Ujung Tanah" dalam naskah-naskah Kuno Melayu. Semenanjung Hujung Tanah inilah yang bersetentangan dengan wilayah Majapahit di Jawa Timur sehingga kemudian mendapat nama Tanjungnagara artinya pulau yang berbentuk tanjung/semenanjung. Sebutan "Nusa Kencana" adalah sebutan pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa Kuno seperti dalam Ramalan Prabu Jayabaya dari masa kerajaan Kadiri (Panjalu), tentang akan dikuasainya Tanah Jawa oleh bangsa Jepang yang datang dari arah Nusa Kencana (Bumi Kencana). Memang terbukti sebelum menyeberang ke Jawa, tentara Jepang terlebih dahulu menguasai ibukota Kalimantan saat itu yaitu Banjarmasin. Nusa Kencana sering pula digambarkan sebagai Tanah Sabrang yaitu sebagai perwujudan Negeri Alengka yang primitif tempat tinggal para raksasa di seberang Tanah Jawa. Di Tanah Sabrang inilah terdapat Tanah Dayak yang disebutkan dalam Serat Maha Parwa. Sebutan-sebutan yang lain antara lain: "Pulau Banjar", Raden Paku (kelak dikenal sebagai Sunan Giri) diriwayatkan pernah menyebarkan Islam ke Pulau Banjar, demikian pula sebutan oleh orang Gowa, Selaparang (Lombok), Sumbawa dan Bima karena kerajaan-kerajaan ini memiliki hubungan bilateral dengan Kesultanan Banjar; "Jawa Besar" sebutan dari Marco Polo penjelajah dari Italia atau dalam bahasa Arab; dan "Jaba Daje" artinya "Jawa di Utara (dari pulau Madura) sebutan suku Madura terhadap pulau Kalimantan baru pada abad ke-20.

III. Sejarah

Pada zaman Hindia-Belanda dan sebelumnya, Kalimantan merujuk kepada keseluruhan pulau yang dikenal sebagai Borneo yang meliputi Sabah, Sarawak, Brunei, dan kawasan Kalimantan sekarang. Dalam surat-surat Pangeran Tamjidillah dari Kerajaan Banjar kepada Residen Belanda di Banjarmasin pada tahun 1857, ia menyebut nama "Pulau Kalimantan", bukan dengan sebutan "Pulau Borneo". Ini menunjukkan bahwa di kalangan penduduk, nama "Kalimantan" lebih umum digunakan daripada nama "Borneo" yang digunakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Sebagian besar wilayah Kalimantan dari kota Sambas hingga kota Berau merupakan bekas kawasan Kerajaan Banjar, tetapi kini kawasan itu menyusut menjadi sebagian kecil saja di wilayah Kalimantan Selatan masa kini setelah jatuh ke tangan Kesultanan Brunei. Dengan kedatangan Inggris di Kalimantan, Inggris memisahkan Sabah, Sarawak dari Kalimantan (termasuk Brunei). Ketika Sabah dan Sarawak dimasukkan ke dalam wilayah Malaysia, keseluruhan pulau dipanggil Borneo. Sampai sekarang pulau itu secara luas disebut dengan "Borneo" daripada "Kalimantan", dan kata "Kalimantan" sendiri lebih umum diartikan sebagai suatu wilayah di pulau Borneo yang dimiliki oleh Indonesia, walaupun dalam Bahasa Indonesia kata "Kalimantan" tetap mengacu kepada keseluruhan pulau.

Pembagian wilayah
Kalimantan dibagikan menjadi 5 buah wilayah atau provinsi:
- Kalimantan Tengah, dengan ibu kota di Palangkaraya
- Kalimantan Timur, dengan ibu kota di Samarinda dan Balikpapan
- Kalimantan Selatan, dengan ibu kota di Banjarmasin
- Kalimantan Barat, dengan ibu kota di Pontianak
- Kalimantan Utara, dengan ibu kota di Tanjung Selor
  



IV. Demografi

Dayak Suku Asli Pulau Kalimantan



Penduduk
Persebaran Penduduk di Pulau Kalimantan Tahun 2010
Provinsi di Kalimantan
Provinsi
Luas (km2)
Total populasi (Sensus tahun 2000)
Total populasi (Perkiraan tahun 2005)
Total populasi (Sensus tahun 2010)
Provincial capital
Kalimantan Barat
(Kalimantan Barat)
147.307,00
4.016.353
4.042.817
4.393.239
Pontianak
Kalimantan Tengah
(Kalimantan Tengah)
153.564,50
1.801.965
1.913.026
2.202.599
Palangkaraya
Kalimantan Selatan
(Kalimantan Selatan)
38.744,23
2.984.026
3.271.413
3.626.119
Banjarmasin
Kalimantan Timur
(Kalimantan Timur)
204.534,34
2.451.895
2.840.874
3.550.586
Samarinda
Kalimantan Utara
(Kalimantan Utara)
71.176,72
473.424
524.526
Tanjung Selor
Total
615.326,79
11.254.239
12.541.554
14.297.069


Kelompok etnis
Berikut 12 etnis terbesar di Kalimantan menurut Sensus 2000 :
Urutan
Suku Bangsa
Keterangan
1
Suku Banjar
Menempati Kalimantan Selatan dan menyebar hingga Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
2
Suku Dayak
Menempati daerah pedalaman Kalimantan, terutama Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
3
Suku Jawa
Orang Jawa transmigran umumnya menempati desa-desa kawasan transmigrasi di seluruh Kalimatan. Terdapat pula orang Jawa perantauan yang juga menyebar di kawasan perkotaan.
4
Suku Melayu
Menempati Kalimantan Barat terutama kawasan pesisir.
5
Suku Bugis
Menempati kawasan pesisir pantai dan perkotaan terutama di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
6
Suku Tionghoa
Banyak bermukim di kawasan perkotaan terutama di Kalimantan Barat, seperti kota Singkawang dan Pontianak.
7
Suku Madura
Terutama tersebar di Kalimantan Barat namun juga cukup banyak jumlahnya di daerah Kalimantan lainnya, baik di perkotaan maupun kawasan trasnmigrasi.
8
Suku Kutai
Menempati wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur dan Kutai Barat di Kalimantan Timur.
9
Suku Sunda
Juga menempati sebagian daerah transmigrasi dan juga terdapat di perkotaan namun jumlahnya tidak sebanyak etnis Jawa.
10
Suku Toraja
Terutama terdapat di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara namun jumlahnya tidak sebanyak suku Bugis yang juga berasal dari Sulawesi.
11
Suku Mandar
Menempati sebagian daerah pantai Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur namun tidak menyebar seluas suku Bugis.
12
Suku Batak
Menempati kawasan perkotaan dan biasanya mengisi jabatan birokrasi dan sedikit terdapat di pedalaman biasanya bekerja sebagai pekerja tambang atau sawit.


Budaya 


Ada 5 budaya dasar masyarakat asli rumpun Austronesia di Kalimantan atau Etnis Orang Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai dan Paser. Pada sensus BPS tahun 2010, suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu suku Banjar, suku Dayak Indonesia (268 suku bangsa) dan suku asal Kalimantan lainnya (non Dayak dan non Banjar). Suku Melayu menempati wilayah Kalimantan Barat, terutama kawasan pesisir. Suku Banjar menempati Kalimantan Selatan dan menyebar hingga Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Suku Bugis terdapat di daerah pesisir pantai Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Di kawasan pesisir Kalimantan Timur juga ditempati Suku Kutai, Berau, Paser, Tidung dan Bulungan. Suku Dayak menempati daerah pedalaman Kalimantan. Orang Tionghoa banyak bermukim di Kalimantan Barat terutama kawasan perkotaan seperti Singkawang dan Pontianak. Program transmigrasi juga berpengaruh besar terhadap demografi Kalimantan. Suku transmigran yang terdapat di Kalimantan yaitu Suku Jawa yang menyebar di hampir seluruh daerah di Kalimantan, Madura, Sunda, Bali serta etnis asal NTB dan NTT. Memang beberapa kota di pulau Kalimantan diduduki secara politis oleh mayoritas suku-suku pendatang seperti Tionghoa-Hakka (Singkawang), suku Jawa (Balikpapan, Samarinda), Bugis (Balikpapan, Samarinda, Pagatan, Nunukan, Tawau) dan sebagainya. Suku-suku imigran tersebut berusaha memasukkan unsur budayanya dengan alasan tertentu, padahal mereka tidak memiliki wilayah adat dan tidak diakui sebagai suku asli Kalimantan, walaupun keberadaannya telah lama datang menyeberang ke pulau ini. Suku Bugis merupakan suku imigran pertama menetap, ber-inkorporasi dan memiliki hubungan historis dengan kerajaan-kerajaan Melayu (baca: kerajaan Islam) di Kalimantan. Beberapa waktu yang lalu suku Bugis, mengangkat seorang panglima adat untuk pulau Nunukan yang menimbulkan reaksi oleh lembaga adat suku-suku asli. Tari Rindang Kemantis adalah gabungan tarian yang mengambil unsur seni beberapa etnis di Balikpapan seperti Banjar, Dayak, Bugis, Jawa, Padang dan Sunda dianggap kurang mencerminkan budaya lokal sehingga menimbulkan protes lembaga adat suku-suku lokal. Di Balikpapan pembentukan Brigade Lagaligo sebuah organisasi kemasyarakatan warga perantuan asal Sulawesi Selatan dianggap provokasi dan ditentang ormas suku lokal.

Kota Sampit pernah dianggap sebagai Sampang ke-2. Walikota Singkawang yang berasal dari suku Tionghoa membangun di pusat kota Singkawang sebuah patung liong yaitu naga khas budaya Tionghoa yang lazim ditaruh atau disembahyangi di kelenteng. Pembangunan patung naga ini merupakan simbolisasi hegemoni politik ECI Etnis Cina Indonesia dengan mengabaikan keberadaan etnis pribumi di Singkawang sehingga menimbulkan protes oleh kelompok Front Pembela Islam, Front Pembela Melayu dan aliansi LSM. Penguatan dominasi politik ECI merupakan upaya revitalisasi negara Lan Fang yang tentu saja akan ditolak oleh suku-suku bukan ECI , namun di lain pihak, suku Dayak mendukung keberadaan patung naga tersebut.. Dalam budaya Kalimantan karakter naga biasanya disandingkan dengan karakter enggang gading, yang melambangkan keharmonisan dwitunggal semesta yaitu dunia atas dan dunia bawah. Seorang tokoh suku imigran telah membuat tulisan yang menyinggung etnis Melayu.[

Walaupun demikian sebagian budaya suku-suku Kalimantan merupakan hasil adaptasi, akulturasi, asimilasi, amalgamasi, dan inkorporasi unsur-unsur budaya dari luar misalnya sarung Samarinda, sarung Pagatan, wayang kulit Banjar, benang bintik (batik Dayak Ngaju), ampik (batik Dayak Kenyah), tari zafin dan sebagainya. Pada dasarnya budaya Kalimantan terbagi menjadi budaya pedalaman dan budaya pesisir. Atraksi kedua budaya ini setiap tahun ditampilkan dalam Festival Borneo yang ikuti oleh keempat provinsi di Kalimantan diadakan bergiliran masing-masing provinsi. Kalimantan kaya dengan budaya kuliner, diantaranya masakan sari laut. 




Nama Kalimantan yang lain
  • Waruna Pura
  • Tanjungpura (Bakulapura)
  • Tanjung Negara adalah sebutan untuk pulau Borneo oleh Kerajaan Majapahit. Kalimantan merupakan daerah taklukan Kerajaan Majapahit yang kelapan.
  • Hujung Tanah atau Ujung Tanah adalah sebutan pulau Kalimantan dalam Hikayat Banjar dan Hikayat Raja-raja Pasai. Nampaknya, ini adalah nama yang digunakan oleh penduduk Sumatera dan sekitarnya untuk menyebut pulau Kalimantan.
  • Nusa Kencana adalah sebutan untuk pulau Kalimantan dalam Ramalan Prabu Jayabaya dari Majapahit tentang prospek penguasaan Tanah Jawa oleh bangsa Jepun yang datang dari arah pulau Kencana (Kalimantan).



Kalimantan dalam nama
  • "Sarekat Kalimantan", sebutan kelompok dari Persatuan Pemuda Marabahan yang ada di Kalimantan Selatan.
  • "Kalimantan Raya", surat kabar yang diterbitkan di Banjarmasin oleh A.A Hamidhan pada 5 Maret 1942.
  • "Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo", daerah selatan dan timur di Kalimantan, yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, yang diperintah oleh seorang Residen sehingga tahun 1942.
V. Lainnya

Konflik Sampit
Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit,Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak warga Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.

- Latar belakang
Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura. Konflik besar terakhir terjadi antara Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas. Penduduk Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia Tahun 2000, transmigran membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah. Suku Dayak merasa tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Hukum-hukum baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan perkebunan. Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura dan kemudian sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura. Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa pembantaian oleh suku Dayak dilakukan demi mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang. Selain itu, juga dikatakan bahwa seorang warga Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000. Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari percekcokan antara murid dari berbagai ras di sekolah yang sama.

- Pemenggalan kepala
Sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini. Suku Dayak memiliki sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik ini dianggap musnah pada awal abad ke-20.

- Respon
Skala pembantaian membuat militer dan polisi sulit mengontrol situasi di Kalimantan Tengah. Pasukan bantuan dikirim untuk membantu pasukan yang sudah ditempatkan di provinsi ini. Pada 18 Februari, suku Dayak berhasil menguasai Sampit. Polisi menahan seorang pejabat lokal yang diduga sebagai salah satu otak pelaku di belakang serangan ini. Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di Sampit. Polisi juga menahan sejumlah perusuh setelah pembantaian pertama. Kemudian, ribuan warga Dayak mengepung kantor polisi di Palangkaraya sambil meminta pelepasan para tahanan. Polisi memenuhi permintaan ini dan pada 28 Februari, militer berhasil membubarkan massa Dayak dari jalanan, namun kerusuhan sporadis terus berlanjut sepanjang tahun.








Referensi
  1. ^ Charton, Barbara (2008). The Facts on File dictionary of marine science (2 ed.). Infobase Publishing. p. 203.ISBN 0816063834.ISBN 978-0-8160-6383-3
  2. ^ Descriptive Dictionary of the Indian Island (1856)
  3. ^ Muljana, Slamet (2006). Sriwijaya. PT LKiS Pelangi Aksara. p. 88. ISBN 9798451627.ISBN 978-979-8451-62-1
  4. ^ Raffles, Lady Sophia (1835). Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles 2. J. Duncan. p. 396.
  5. ^ Royal Institution of Great Britain (1817). "The Quarterly journal of science and the arts" 2. John Murray. p. 331.
  6. ^ Christoph Friedrich von Ammon, Leonhard Bertholdt (1817). "Kritisches Journal der neuesten theologischen Literatur" 6. J. E. Seidel. p. 444.
  7. ^ Kalimantan Rivers
  8. ^ Kalimantan - Indonesia
  9. ^ MacKinnon, Kathy (1996). The ecology of Kalimantan. Oxford University Press.ISBN 9780945971733.ISBn 0-945971-73-7
  10. ^ Chambert-Loir, Henri; Wisamarta, Lukman (Khatib.) (2004). Kerajaan Bima dalam sastra dan sejarah. Kepustakaan Populer Gramedia. p. 121.ISBN 9799100119. ISBN 978-979-9100-11-5
  11. ^ Zaini-Lajoubert, Monique (2008). Karya lengkap Abdullah bin Muhammad al-Misri: Bayan al-Asmaʾ, Hikayat Mareskalek, ʿArsy al-Muluk, Cerita Siam, Hikayat tanah Bali. Kepustakaan Populer Gramedia. p. 144.ISBN 9798116135. ISBN 978-979-8116-13-1
  12. ^ Pinkerton, John; Samuel Vince (1806). Modern geography: A description of the empires, kingdoms, states, and colonies; with the oceans, seas, and isles in all parts of the world... (2 ed.). T. Cadell. p. 478.
  13. ^ East India Company, East India Company (1821). The Asiatic journal and monthly miscellany 12. Wm. H. Allen & Co. p. 118.
  14. ^ Haris, Syamsuddin (2004). Desentralisasi dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI. Yayasan Obor Indonesia. p. 188. ISBN 979-98014-1-9.ISBN 978-979-98014-1-8
  15. ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. 2011.ISBN 9789790644175.
  16. ^ Orang Asing Minati Tarian Balikpapan
  17. ^ Balikpapan Punya Kesenian Lokal
  18. ^ Tarian Rindang Kumantis Diprotes
  19. ^ LAGALIGO di facebook.com
  20. ^ Deklarasi Lagaligo di Balikpapan
  21. ^ 2 Pekan Demonstrasi Pengaruhi Kerja DPRD Balikpapan
  22. ^ kota-lagaligo-dilarang-lakukan-kegiatan Walikota: Lagaligo Dilarang Lakukan Kegiatan
  23. ^ Gubernur Kaltim Larang Brigade Lagaligo Beraktivitas
  24. ^ Brimob Gagalkan Sweeping Warga Pendatang di Balikpapan
  25. ^ Ormas La Galigo Dibekukan
  26. ^ Etnis Cina Indonesia dalam Politik: Politik Etnis Cina Pontianak dan Singkawang di Era Reformasi 1998
  27. ^ FPI Akan Bongkar Patung Naga di Kota Singkawang
  28. ^ Dukung Keberadaan Tugu Naga, Massa Datangi DPRD Singkawang
  29. ^ Singkawang Siaga I, FPI-Polisi Bentrok di Tugu Nag
  30. ^ Ribuan Massa Saksikan Pembukaan Festival Borneo Jumat, 20 Mei 2011 | 15:40
  31. ^ Festival Borneo Palangka Raya 2011
  32. ^ Pagelaran Tari Festival Borneo di Pontianak tahun 2009
  33. ^ Sanaji, Miftah. Seafood: Citarasa Kalimantan. PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9792261990.ISBN 978-979-22-6199-8
  34. ^ Kalimantan Barat - Suku Bangsa
  35. ^ Kalimantan Tengah - Suku Bangsa
  36. ^ Kalimantan Selatan - Suku Bangsa
  37. ^ Kalimantan Timur - Suku Bangsa 
Kembali : Ensiklopedi







ENSIKLOPEDI LAINNYA




Terkini Indonesia

Terbaik Indonesia

Belanja Indonesia Lihat Lebih Lengkap >>>




Travelling Kita

Comments
0 Comments
 
Copyright ©2015 - 2024 THE COLOUR OF INDONESIA. Designed by -Irsah
Back to top
THE COLOUR OF INDONESIA